Kamis, Oktober 3, 2024
BogorJAWA BARAT

Pemilik Hotel Liyana Dinilai Arogan Akses Jalan Warga Ditutup, Keluarga Bah Iroh di Kp Empu Situsari Cileungsi Terancam Terisolasi

CILEUNGSI,Klikinfoku.com – Sekitar 70 orang (termasuk anak-anak) dari keluarga besar Bah Iroh yang mendiami sebanyak sembilan rumah di Kampung Empu RT 02, RW 06 Desa Situsari Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor terancam terisolir, pasalnya, akses jalan keluar masuk pemukim warga tersebut hampir ditutup oleh pihak PT. Lotus Sarimas (Hotel Liyana), pada Senin, (27/05/24).

Sebelumnya, pihak perusahaan melayangkan surat pemberitahuan penutupan jalan. Dalam isi pemberitahuan jalan akan ditutup, dikarenakan pihak perusahaan mengklaim dirugikan akibat aset berupa portal besi yang tadinya dipasang hilang dicuri.

Pihak perusahaan juga menekankan kepada warga harus membayar sebesar 1 juta rupiah, yang mesti dibayarkan untuk per-tiga bulan diawal untuk menggantikan kerugian perusahaan.

“jika warga ingin kendaraannya diberi akses jalan di pemukiman itu, harus bayar 1 juta perbulan, dibayarkan diawal untuk tiga bulan,” bunyi isi surat pemberitahuan yang dilayangkan pihak hotel Liyana.

Karna warga merasa ditindas tanpa diberi akses jalan oleh pihak perusahaan Lotus Sarimas tersebut memulai pekerjaan penutupan jalan itu pun histeris dan memohon meminta keadilan kemanusiaan kepada pihak Pemerintah melalui aparat penegak hukum dan Pemdes Situsari dalam hal ini Kepala Desa dan aparat penegak hukum yang langsung merespon dan hadir saat kejadian.

“Kami disini juga manusia, warga Indonesia yang juga diakui, punya KTP kami minta keadilan kemanusian yang harus dimanusiakan,” seru puluhan warga keluarga besar Bah Iroh kepada awak media di lokasi saat akses jalan ingin ditutup permanen oleh PT. Lotus Sarimas (Hotel Liyana), pada Senin, (27/05/24).

Terlihat di lokasi, beberapa orang pekerja dari pihak Hotel Liana hendak memasang pagar besi (portal permanen) untuk menutup akses jalan warga.

Saat dikonfirmasi di lokasi, salah satu pekerja dari pihak Hotel Liana, Wahyudin, mengatakan bahwa akses jalan tidak semua akan ditutupnya, pasalnya agar warga masih bisa keluar masuk.

“Kita tidak akan tutup semuanya bang, nanti kita kasih jalan sedikit di pinggir biar motor bisa lewat, saya juga masih punya hati bang, gak mungkinlah kita tutup semua, saya juga kasihan liat warga disini, saya juga warga sini,” kata Wahyudin kepada awak media.

Saat diwawancarai beberapa warga yang terancam terisolasi tanpa akses jalan, mengatakan bahwa dirinya dan puluhan warga lainnya sudah tinggal puluhan tahun lamanya di kampung Empu itu.

“Kita disini sudah tinggal lebih dari puluhan tahun lamanya, beranak cucu turun-temurun di tanah kita di sini, sekarang perusahaan mau semena – mena menindas kita disini dan akses jalan mau ditutup,”ucap pak Uleng salah seorang warga.

Dirinya berharap agar akses jalan tetap diberikan supaya warga yang tinggal bisa keluar masuk pemukiman.

“Saya dan semua warga disini maunya ada akses jalan diberikan ke kami,” pinta pak Uleng.

Hal yang sama dikatakan warga lainnya Aisyah yang menyampaikan bahwa pihak perusahaan tidak boleh semena-mena secara arogan secara paksa menutup jalan warga.

Dia menuturkan bahwa sebelum perusahaan berdiri, warga sudah lebih dulu tinggal di tanah miliknya, lagi pula, sambung Aisyah, akses jalan Desa yang dahulu ada sekarang menjadi tidak ada.

“Kami disini lebih dulu ada daripada perusahaan, ini pun adanya penutupan jalan tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu dengan warga sini,” ucap Aisyah geram.

Aisyah menceritakan, dirinya dan warga lainnya yang tinggal di pemukiman itu tidak pernah menahan-nahan jika untuk direlokasi, karna menurutnya, keluarga besarnya itu siap kalau pun pihak perusahaan ingin membeli luasan tanah warga.

“Dari dulu kita tidak ada nahan-nahan. Semisal perusahaan mau beli tanah kami, ya silahkan saja asalkan sesuai dengan harga yang pantas dan sesuai,” ungkap Aisyah lagi.

Akan adanya penutupan akses jalan oleh pihak perusahaan yang terkesan dipaksakan tanpa musyawarah dengan warga terlebih dahulu, Aisyah mengatakan bahwa awalnya pegawai dari perusahaan menyampaikan kepada warga akan jalan yang ingin ditutup dipasangi portal.

”Pa Uding dan pa Jaih yang kesini awalnya, mereka bilang jalan mau di portal, terus saya bilang kalau di portal warga sini mau lewat mana, kata mereka terserah mau lewat mana juga, mau nyewa-nyewa kek ke hotel, gitu katanya” ucap Aisyah menirukan ucapnya pa Uding dan pa Jaih, awal pemberitahuan penutupan jalan warga oleh perusahaan.

“Katanya mereka (Uding-Jaih) jalan ini sudah dijual ke pihak hotel, terus saya bilang bukannya dulu ngasih jalan untuk warga, katanya mereka itukan pak Hendra dulunya yang ngasih, pihak hotel gak ngasih, soalnya jalan ini sudah dijual sama istri nya pa Hendra ke hotel,” masih kata Aisyah menirukan perkataan Pa Uding dan Jaih.

Kepala Desa Situsari, M. Dahlan yang segera hadir atas terjadinya kekisruhan warganya menyampaikan bahwa pihaknya memastikan untuk hari ini tidak akan ada penutupan akses jalan warga dengan portal.

“Untuk hari ini tidak ada portal, ke depan mudah-mudahan jalan ini tetap seperti keinginan warga tidak juga di portal,” ujar Dahlan yang disambut sukacita warga.

Dari pihak Desa, sambung Dahlan, pihaknya akan berupaya menyampaikan dan mengajukan permohonan ke perusahaan agar warga disini dapat diberikan akses jalan.

“Mudah-mudahan pak Kiki (pemilik perusahaan-red) bisa menerima dan mengerti serta bisa mengabulkan apa yang akan saya sampaikan dan mohon, agar bisa untuk seterusnya jalan warga tidak ada portal untuk lalu lalang akses warga,”pungkas Kades Dahlan. (Tom)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *